Adalah
Abdurrahman nin Muljam atau Ibnu Muljam seorang lelaki yang shalih,
zahid bertaqwa, ahli Fiqh dan penghapal al quran. Ilmu agamanya pun
sangat luas, sampai umar bin khatab pernah menugaskan ke mesir
menjadi pengajar ilmu islam disana. Namun pergolakan politik saat itu
menyebabkan ia berbeda pandangan politik dengan mantan khalifah Ali
Bin Abi Thalib
Ibnu
Muljam sebenarnya adalah sosok pendukung khalifah Ali bin Abi Thalib.
Sikap politiknya yang berbeda ketika terjadi perang Shiffin yang
mengawali ketidakberpihakannya pada Ali. Berawal dari Perang Shiffin,
perang antara pasukan Khalifah Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah pada
tahun 37 H/ 648 M. Ketika kelompok Ali hampir menang, Muawiyah
menawarkan perundingan (tahkim) sebagai penyelesaian damai. Ali
menerima tawaran Muawiyah, sehingga menyebabkan 4000 pengikutnya
tidak puas atas keputusan Ali bin abi thalib lalu memisahkan diri dan
membentuk kelompok baru yang dikenal Khawarij (berasal dari kata
kharaja artinya keluar/membelot) termasuk di dalamnya adalah Ibnu
Muljam.
Kaum
Khawarij mudah mengkafirkan sesama muslim dan menuduh Ali sesat dan
keluar dr hukum Allah. Singkat cerita dia dan kedua temannya
bersepakat akan membunuh para pemimpin politik saat itu. Ibnu
Muljam akan membunuh Ali bin Abi Thalib di Kuffah, Amr
bin Bakr akan mengeksekusi Amr bin Al-Ash dan Al-Barak
bin Abdullah giliran membunuh Muawiyyah di negeri Syam. Mereka
bersepakat beraksi di malam 17 Ramadhan saat sholat subuh.
Berangkatlah Ibnu
Muljam dari Mekah ke Kuffah di Iraq. Ia sempat merasa bimbang ingin
melaksanakan niat membunuh Ali bin Abi Thalib yang jelas2 manusia
pilihan sepupu Rasulullah. Lalu ia berkunjung ke rumah temannya.
Disana ia berjumpa dengan seorang wanita cantik Qitham binti Akhdar
yang ayah dan kakaknya mati juga khawarij yang terbunuh oleh pasukan
Ali . Terpesona akan kecantikannya, Ibnu Muljam memberanikan diri
untuk melamarnya. Bak gayung bersambut, Qitham pun memanfaatkan momen
itu untuk melampiaskan dendamnya pada Ali ra. Qitham menerima lamaran
Ibnu Muljam dengan syarat membunuh Ali bin abi thalib.
Berkat Qitham
lah Ibnu Muljam mengetahui kapan saat yang tepat untuk melaksanakan
niatnya. Tepat tanggal 17 Ramadhan, tahun 40 H Ketika Imam Ali r.a.
Saat bersiap melakukan shalat subuh, tiba-tiba muncul Ibnu Muljam
dengan pedang terhunus. Imam Ali r.a. yang terkenal ulung itu tak
sempat lagi mengelak. Pedang yang ditebaskan Abdurrahman tepat
mengenai kepalanya. Luka berat merobohkannya ke tanah. Imam Ali
r.a. segera diusung kembali ke rumah.
Pada malam
naas itu, Amr bin Ash sedang sakit. Ia tidak sholat di mesjid
dan dia digantikan oleh seorang petugas keamanan,
Kharijah bin Hudzafah, untuk mengimami sholat subuh berjamaah. Amr
bin Bakr salah sasaran, Amr bin Bakr segera menyelinap dan mendekat,
kemudian Kharijah ditikam dengan senjata tajam yang dia sangka adalah
Amr bin Ash. Seketika itu juga Kharijah meninggal.
Sementara itu
Muawiyah di Syam semenjak perang selalu menggunakan baju besi
termasuk pada hari naas itu. Saat sholat subuh berjamaah disabet
pedang oleh Barak bin Abdullah. Namun mujur bagi Muawiyyah,
sabetan pedang terkena baju besinya, hanya dia lecet dibagian
pahanya.
Komentar