Allah menjaga Muhammad jauh sebelum ia menjadi seorang nabi dan rasul. Merujuk buku Sahabat Cilik Rasulullah,
setidaknya Allah menjaga dan melindungi Muhammad dari dua perbuatan
maksiat –bahkan dari perbuatan yang tidak patut sekalipun- pada masa
kanak-kanaknya. Sehingga Muhammad kecil terbebas dari maksiat atau pun
dari hal yang kurang pantas.
Pertama, menonton
sebuah pesta. Dikisahkan bahwa suatu ketika Muhammad kecil diajak
teman-temannya untuk menyaksikan sebuah pesta di sudut kota Makkah.
Awalnya Muhammad tidak menolak ajakan teman-temannya itu. Namun dibujuk
secara terus menerus, akhirnya Muhammad kecil mengiyakannya. Mereka
akhirnya berangkat ke sudut kota Makkah untuk menonton sebuah pesta.
Sebuah pertunjukan yang dinilai tidak pantas bagi seorang calon nabi dan
rasul terakhir.
Allah menjaga Muhammad kecil
dengan cara-Nya. Ketika sampai di tempat acara, Muhammad kecil ngantuk
berat hingga akhirnya tidur. Sementara teman-temannya yang lain
bermain-main, Muhammad tetap tidur pulas. Sehingga mata dan telinganya
terbebas dari pertunjukan buruk ala Jahiliyah. Pada saat matahari terbit
dan tempat pesta sudah sepi, Muhammad kecil baru bangun.
Kedua, menghadiri
hari raya berhala Bawwanah. Sebelum Islam datang, masyarakat Arab
umumnya menyembah berhala dan patung. Ada beberapa berhala yang begitu
dikultuskan dari pada yang lainnya. Salah satunya berhala yang bernama
Bawwanah. Sampai-sampai masyarakat Arab membuat sebuah hari raya khusus
untuk menghormati Bawwanah.
Muhammad kecil
hidup dalam tradisi dan budaya seperti itu, dimana masyarakatnya
menyembah berhala. Kerabatnya sebagian besar juga melakukan hal yang
sama. Diceritakan bahwa pada suatu ketika Muhammad kecil diajak paman
dan bibinya untuk menghadiri hari raya Bawanah. Mungkin karena sungkan
kalau menolak, akhirnya Muhammad kecil ikut bersama paman dan bibinya
dengan terpaksa.
Lagi-lagi Allah menjaga
Muhammad saw. dari perbuatan maksiat dan tidak pantas dengan cara-Nya
sendiri. Pada saat tiba di tempat acara ritual, Muhammad kecil tiba-tiba
merasa ketakutan hingga wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar. Akhirnya
ia segera menjauh dari kerumunan.
Suatu ketika, saat ia bermain bersama anak-anak lain, ia didatangi oleh dua orang berbaju putih. Ia pun sempat bertanya, tapi tidak dijawab. Dua orang itu berkata dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh Muhammad kecil.
Sontak, hal ini pun membuatnya ketakutan. Tak terkecuali teman-temannya. Mereka pun berlari mendatangi rumah Halimatus Sa’diyah dan melaporkan peristiwa yang terjadi.
“Saudaraku yang dari Quraisy itu telah diambil oleh dua orang laki-laki telah diambil oleh dua orang laki-laki,” ujar salah seorang dari mereka, agak berteriak.
Halimah pun agak terkaget. Tapi, ia berusaha tetap tenang.
“Apa benar yang kau katakan?”
“Benar. Dan ia telah dibaringkan di sebuah batu, perutnya dibedah sambil dibolak-balikkan.”
Seketika itu pula wajah Halimah pucat. Ia pun berlari menuju tempat yang diceritakan itu. Tak butuh waktu lama, ia pun sampai di tempat yang diceritakan itu.
Di sana, ia melihat Muhammad yang terdiam, Halimah pun berusaha menenangkannya.
“Apa yang telah terjadi, Anakku.”
Muhammad melihat wajah Halimah. Kemudian merangkulnya. Lalu, dengan agak terbata-bata ia menjawab,”Dua orang itu berbaju putih. Ia berusaha mengambil sesuatu dari tubuhku.”
“Apakah itu?”
“Aku tidak tahu, Ibu.”
Halimah pun merangkulnya sekali lagi. Ia pun sebenarnya ketakutan dan takut jika anak ini sedang kesurupan atau ada keanehan lain yang tidak mengerti. Untuk itu, ia bersepakat dengan keluarganya untuk mengembalikan Muhammad kecil ke Makkah.
Kelak, selepas Muhammad kecil tumbuh dewasa dan diangkat menjadi Rasul, baru ia mengerti bahwa dua orang berbaju putih itu adalah malaikat yang diutus oleh Allah Swt. untuk mencari dan mengangkat keburukan dalam dirinya.
Komentar